Budidaya Tanaman Kopi secara Mudah
Kopi
robusta. Kopi Robusta (Coffea canephora) dimasukkan ke Indonesia pada tahun
1900 (Gandul, 2010). Kopi ini ternyata tahan penyakit karat daun, dan
memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedang produksinya jauh
lebih tinggi. Oleh karena itu kopi ini cepat berkembang, dan mendesak kopi-kopi
lainnya. Saat ini lebih dari 90% dari areal pertanaman kopi Indonesia terdiri
atas kopi Robusta.
Syarat
melakukan Budidaya Kopi Robusta :
1. Pemilihan Bibit yang Unggul
Bibit kopi robusta dapat diperoleh
dengan 2 cara yaitu cara generatif menggunakan biji dan vegetatif menggunakan
cara okulasi dan kultur jaringan. Namun umumnya para petani menggunakan cara
generatif yang lebih sederhana dan ekonomis walaupun memiliki kelemahan tidak 100%
memiliki sifat unggul dari tanaman induk.
·
Bibit
dipilih dari tanaman induk yang sehat, telah berproduksi sekitar 4-5 kali,
sertya toleran terhadap hama dan penyakit.
·
Kopi
yang akan dijadikan bibit dipetik yaitu kopi yang sudah masak fisiologi atau
telah merah.
·
Selanjutnya
pisahkan kulit dari biji, lalu biji dicuci dan dikering anginkan tidak terkena
cahaya matahari untuk dilakuka persemaian atau perkecambahan biji selama
sekitar 2,5 bulan dengan menggunakan media tanah dan pasir. Ukuran media semai
tersebut yaitu sekitar 10x120x35 cm dan ditutupi atau dinaungi dengan jerami
atau alang-alang kering.
·
Jika
sudah benih sudah berkecambah, benih dipindah tanamkan ke dalam polibag dengan
media tanam berupa campuran tanah dengan pupuk kandang. Tanam benih dalam polibag
tersebut. Bibit dapat dipindah tanamkan ke lahan tanam setelah berumur sekitar
5-6 bulan.
2.
Persiapan
Lahan
a.
Ketinggian
tempat
Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat
tumbuh baik pada ketinggian tempat di atas 700 m di atas permukaan laut
(dpl). Lahan pertanaman kopi yang
tersedia di Indonesia sampai saat ini sebagian besar berada di ketinggian
antara 700 sampai 900 m dpl. Mungkin hal ini yang menyebabkan mengapa sebagian
besar (sekitar 95%) jenis kopi di Indonesia saat ini adalah kopi robusta.
b.
Curah
hujan dan Lahan
Curah hujan yang sesuai untuk kopi
seyogyanya adalah 1500 – 2500 mm per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3
bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat celcius dengan lahan kelas S1 atau S2
(Puslitkoka, 2006). Karena ketinggian tempat penanaman akan berkaitan juga
dengan citarasa kopi.
3.
Persiapan
Tanaman Pelindung
Untuk mengurangi intensitas cahaya langsung ke tanaman pada
fase kritis 1-2 tahun, menjaga kelembaban serta dapat menjadi bahan pupuk
organik maka perlu dilakukan penanaman tanaman atau pohon pelindung. Respon
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi terhadap tanaman pelindung ini sangat
nyata. Pada pertanaman kopi yang diusahakan di tempat terbuka tanpa menggunakan
tanaman pelindung pertumbuhannya akan sangat lambat, warna daunnya kekuningan,
tanaman cenderung tumbuh kerdil yang ditandai dengan semakin pendeknya panjang
antar cabang produktif, pembungaan lebih lambat, produksinya juga akan lebih
rendah karena cabang produksinya lebih pendek jika dibanding dengan tanaman
kopi yang budidayanya menggunakan tanaman pelindung.
Sebaliknya, apabila tanaman pelindungnya terlalu rimbun tanaman kopi akan
mengalami pertumbuhan yang kurang baik yang ditandai dengan daun berwarna hijau
gelap, melebar dan lebih tipis dengan jumlah daunnya juga berkurang. Tanaman
yang biasa digunakan adalah tanaman Lamtoro. Tanaman ini
ditanam 2-3 bulan sebelum bibit kopi robusta di tanam pada lahan denga pola
tanam berpagar ganda atau membentuk persegi empat.
4.
Penanaman
bibit kopi Robusta
Setelah pohon pelindung
telah ditanam, selanjutnya 1-2 minggu sebelum tanam buatlah lubang tanam dengan
ukuran sekitar 40 x 40 x 40 cm dan beri jarak antar lubang sekitar 2,5×2,5
meter. Jika semuanya sudah siap, selanjutnya lakukan penanaman bibit kopi robusta.
buka polybag bibit dengann hati-hatim selanjutnya letakkan bibit pada lubang
yang telah disiapkan lalu timbun kembali dan padatkan.
5.
Perawatan
tanaman robusta
a.
Penyulaman
Sebelum tanaman kopiberumur seminggu setelah tanam, lakukan penyulaman pada tanaman kopi yang tumbuh tidak normal atau mati dan ganti dengan tanaman kopi yang baru.
Sebelum tanaman kopiberumur seminggu setelah tanam, lakukan penyulaman pada tanaman kopi yang tumbuh tidak normal atau mati dan ganti dengan tanaman kopi yang baru.
b. Penyiangan
Melakukan penyiangan pada gulma atau tanaman pengganggu lainnya yang ada di lahan. Penyiangan tersebut dapat dilakukan secara manual menggunakan koret atau yang lainnya atau bisa juga secara kimiawi dengan menggunakan herbisida.
Melakukan penyiangan pada gulma atau tanaman pengganggu lainnya yang ada di lahan. Penyiangan tersebut dapat dilakukan secara manual menggunakan koret atau yang lainnya atau bisa juga secara kimiawi dengan menggunakan herbisida.
c. Pembubunan
Pembubunan adalah menaikan tanah tepat disekitar tanaman kopi dengan tujuan untuk menggemburkan tanah. Kegiatan pembubunan ini dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
Pembubunan adalah menaikan tanah tepat disekitar tanaman kopi dengan tujuan untuk menggemburkan tanah. Kegiatan pembubunan ini dilakukan bersamaan dengan penyiangan.
d.
Pemupukan
Tujuan
pemupukan adalah untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan produksi dan
mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi. Seperti tanaman lainnya,
pemupukan secara umum harus tepat waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara
pemberiannya. Semuanya tergantung kepada jenis tanah, iklim dan umur tanaman.
Pemberian pupuk dapat diletakkan sekitar 30-40 cm dari batang pokok. Dosis
pemupukan biasanya mengikuti umur tanaman, kondisi tanah, tanaman serta iklim.
Pemberian pupuk biasanya juga mengikuti jarak tanamnya, dan dapat ditempatkan
sekiatr 30-40 cm dari batang pokoknya. Seperti untuk tanaman lainnya,
pelaksanaan pemupukan harus tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis dan benar
cara pemberiannya.
e.
Pemangkasan Tanaman Kopi
Pemangkasan ini dilakukan setalah tanaman kopi
memiliki sistem percabangan yang kuat dan telah berumur sekitar 4-5 tahun
dengan ketinggian sekitar 1,8 cm – 250 cm. Tujuan pemangkasan ini yaitu untuk
merangsang pertumbuhan cabang buah baru, pembentukan bunga dan membuang cabang
yang tidak produktif atau cabang yang terserang hama penyakit. Ada 3
pemangkasan yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi, dan pemangkasan
peremajaan.
Manfaat dan fungsi pemangkasan umumnya adalah agar
pohon tetap rendah sehingga mudah perawatannya, membentuk cabang-cabang
produksi yang baru, mempermudah masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian
hama dan penyakit. Pangkasan juga dapat dilakukan selama panen sambil
menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif, cabang liar maupun yang sudah
tua. Cabang yang kurang produktif dipangkas agar unsur hara yang diberikan
dapat tersalur kepada batang-batang yang lebih produktif. Secara morfologi buah
kopi akan muncul pada percabangan, oleh karena itu perlu diperoleh cabang yang
banyak. Pangkasan dilakukan bukan hanya untuk menghasilkan cabang-cabang saja,
(pertumbuhan vegetatif) tetapi juga banyak menghasilkan buah.
Sedangkan tujuan pangkasan bentuk dalam budidaya kopi
bertujuan membentuk kerangka tanaman yang kuat dan seimbang. Tanaman menjadi
tidak terlalu tinggi, cabangcabang lateral dapat tumbuh dan berkem-bang menjadi
lebih kuat dan lebih panjang. Selain itu kanopi pertanaman lebih cepat menutup.
Hal ini penting untuk mencegah rumpai dan erosi.
6.
Panen dan Pengolahan
a.
Panen
Kopi Robusta dapat dipanen setelah berumur sekitar 3-4
tahun tergantung varietas jenisnya. Siklus pemanenan kopi robusta dapat
dilakukan setalah 8-9 bulan setelah pembungaan. Dalam setahun dapat dilakukan
pemanenan sebanyak 2 kali secara bertahap dengan istilah musim buah selang
yaitu pada bulan februari hingga maret dan musim buah besar pada bulan april
hingga september. Buah kopi yang dipanen yaitu buah yang sudah sudah masak
berwarna merah.
Untuk mendapatkan hasil yang bermutu tinggi, buah kopi
harus dipetik dalam keadaan masak penuh. Kopi robusta memerlukan waktu 8–11
bulan sejak dari kuncup sampai matang, sedangkan kopi arabika 6 sampai 8 bulan.
Beberapa jenis kopi seperti kopi liberika dan kopi yang ditanam di daerah basah
akan menghasilkan buah sepanjang tahun sehingga pemanenan bisa dilakukan
sepanjang tahun. Kopi jenis robusta dan kopi yang ditanam di daerah kering
biasanya menghasilkan buah pada musim tertentu sehingga pemanenan juga
dilakukan secara musiman. Musim panen ini biasanya terjadi mulai bulan Mei/Juni
dan berakhir pada bulan Agustus/September (Ridwansyah, 2003).
b.
Pengolahan
·
Tahapan
pengolahan kopi cara basah adalah sebagai berikut :
Panen
Pilih - Pengupasan kulit kopi HS - Sortasi Biji Kering - Pengeringan -
Pencucian - Fermentasi - Pengupasan kulit buah merah - Sortasi Buah -
Pengemasan dan penyimpanan.
·
Tahapan
pengolahan kopi cara semi basah adalah sebagai berikut:
Panen
Pilih - Sortasi Buah - Pengupasan kulit buah merah - Fermentasi + pencucian
lendir - Penjemuran 1-2 hari, KA ± 40 % - Pengupasan kulit cangkang - Penjemuran
biji sampai KA 11 - 13 % - Sortasi dan pengemasan - Penyimpanan dan
penggudangan.
Sortasi kopi atau pemilihan biji kopi dimaksudkan untuk memisahkan
biji yang masak dan bernas serta seragam dari buah yang cacat/pecah, kurang
seragam dan terserang hama serta penyakit. Sortasi juga dimaksudkan untuk
pembersihan dari ranting, daun atau kerikil dan lainnya. Buah kopi masak hasil
panen disortasi secara teliti untuk memisahkan buah superior (masak, bernas dan
seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang, dan terserang hama
penyakit).
Pengupasan
kulit kopi. Sebelum dikupas, biji
kopi sebaiknya dipisahkan berdasarkan ukuran biji agar menghasilkan pengupasan
yang baik jika dilakukan dengan mesin pengupas. Mesin pengupas kopi saat ini
sudah tersedia dan mudah diperoleh dipasaran. Pengupasan buah kopi umumnya dilakukan dengan penyemprotan air ke dalam
silinder bersama dengan buah yang akan di kupas. Penggunaan air sebaiknya
diatur sehemat mungkin, disuaikan dengan ketersediaan air dan mutu hasil. Jika
mengikuti proses pengolahan basah secara penuh, konsumsi air bisa mencapai 7-9
m³ per ton buah kopi yang diolah. Untuk proses semi-basah, konsumsi air
sebaiknya tidak lebih dari 3 m³ per ton buah. Lapisan air juga berfungsi untuk
mengurangi tekanan geseran silinder terhadap
buah kopi sehingga kulit tanduknya tidak pecah.
Fermentasi
biji kopi. Fermentasi diperlukan
untuk menyingkirkan lapisan lendir pada kulit tanduk kopi. Proses fermentasi umumnya hanya dilakukan untuk
pengolahan kopi arabika, dan tidak banyak dipraktekkan untuk pengolahan kopi
robusta, terutama untuk kebun rakyat. Fermentasi
dapat dilakukan dengan cara perendaman biji ke dalam air atau secara kering
dengan memasukkan biji kopi ke dalam kantong plastik dan menyimpannya secara
tertutup selama 12 sampai 36 jam ( Starfarm, 2010b). Setelah tahapan ini dapat
dilakukan pencucian dengan air untuk menghilangkan sisa lendir setelah
fermentasi. Hal ini dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa pahit tanpa
mengurangi citarasa kopi tersebut.
Pencucian. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan sisa lendir
hasil fermentasi yang masih menempel pada kulit tanduk. Untuk kapasitas kecil,
pencucian dapat dikerjakan secara manual di dalam bak atau ember, sedang
kapasitas besar perlu di bantu dengan mesin.
Pengeringan kopi. Pengeringan biji kopi dilakukan dengan suhu antara 45
– 500C sampai tercapai kadar air biji maksimal sekitar 12,5%. Suhu pengeringan
yang terlalu tinggi dapat merusak citarasa, terutama pada kopi arabika.
Pengeringan kopi robusta bisa diawali suhu yang agak tinggi (sekitar 900C)
dalam waktu singkat (sekitar 20-24 jam). Pengeringan dapat juga dilakukan dua
tahap, dengan pengeringan awal melalui penjemuran sampai kadar air sekitar 20 %
dan selanjutnya dilakukan pengeringan mekanis sampai kadar air 12,5 %.
Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi
kandungan air dalam biji kopi HS yang semula 60-65% sampai menjadi 12%. Pada
kadar air ini, biji kopi HS relatif aman untuk dikemas dalam karung dan
disimpan di gudang pada kondisi lingkungan tropis. Proses pengeringan dapat
dilakukan dengan cara penjemuran, mekanis dan kombinasi keduanya. Buah kopi
arabika mutu rendah (inferior) hasil sortasi di kebun sebaiknya diolah secara
kering. Cara ini juga banyak dipraktekkan petani untuk mengolah kopi jenis
robusta.
Pengukuran kadar biji. Penentuan kadar biji kopi merupakan salah satu tolak
ukur proses pengeringan agar diperoleh mutu hasil yang baik dan biaya
pengeringan yang murah. Akhir dari proses pengeringan harus ditentukan secara
akurat. Pengembangan yang berlebihan (menghasilkan biji kopi dengan kadar air
jauh di bawah 12%) merupakan pemborosan bahan bakar dan merugikan karena
terjadi kehilangan berat. Sebaliknya jika terlalu singkat, maka kadar air kopi
belum mencapai titik keseimbangan (12%) sehingga biji kopi menjadi rentan
terhadap serangan jamur pada saat disimpan atau diangkut ke tempat konsumen.
Penggilingan
kopi. Biji kopi kering atau kopi HS
kering digiling dengan mesin huller untuk mendapatkan biji kopi pasar atau kopi beras (Puslitkoka,
2006). Penggilingan kopi diperlukan untuk memperoleh kopi bubuk dan
meningkatkan luas permukaan kopi. Pada kondisi ini, citarasa kopi akan lebih
mudah larut pada saat dimasak dan disajikan, dengan demikian seluruh citarasa
kopi terlarut ke dalam air seduan kopi yang akan dihidangkan (Starfarm, 2010c).
Penggilingan kopi seyogyanya hanya dilakukan terhadap kopi HS yang sudah
kering.
Penggudangan. Penggudangan bertujuan untuk menyimpan hasil panen
yang telah disortasi dalam kondisi yang aman sebelum dipasarkan ke konsumen.
Beberapa faktor penting pada penyimpanan biji kopi adalah kadar air, kelembaban
relatif udara dan kebersihan gudang. Serangan jamur dan hama pada biji kopi
selama penggudangan merupakan penyebab penurunan mutu kopi yang serius. Jamur
merupakan cacat mutu yang tidak dapat diterima oleh konsumen karena menyangkut
rasa dan kesehatan termasuk beberapa jenis jamur penghasil okhratoksin. Udara
yang lembab pada gudang di daerah tropis merupakan pemicu utama pertumbuhan
jamur pada biji, sedangkan sanitasi atau kebersihan yang kurang baik
menyebabkan hama gudang seperti serangga dan tikus akan cepat berkembang.
Kelembaban (RH) ruangan gudang sebaiknya dikontrol pada nilai yang aman untuk
penyimpanan biji kopi kering, yaitu sekitar 70 %.
Komentar
Posting Komentar